|
Menu Close Menu

Menyibak Nilai Perjalanan Waktu Surya Paloh

Sabtu, 20 Juni 2020 | 20.27 WIB



Oleh : Moch Eksan

Sekelumit Tentang Keluarga
Nama lengkapnya Surya Darma Paloh, lahir di Kutaraja Banda Aceh, 16 Juli 1951. Ia putra ke-4 dari pasangan Muhammad Daud Paloh dan Nursiah Paloh. Ia empat bersaudara: Rusli Paloh, Rohana Yusuf Paloh, Ustman Paloh, dan Surya Paloh sendiri.

Surya Paloh lahir di tengah-tengah keluarga polisi. Ayahnya seorang Bhayangkari Negara yang terakhir bertugas sebagai Komandan Sektor Kepolisian Terutung Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara pada 1967 sampai pensiun. Sedangkan, ibunya ibu rumah tangga yang gemar melakukan kegiatan sosial.

Surya Paloh dibesarkan dalam keluarga yang sangat disiplin dan penuh kasih sayang. Disamping keluarga Aceh yang taat menjalani agama. Untuk mengenang jasa ibunya, Surya Paloh mengabadikan nama Nursiah Daud Paloh menjadi nama masjid di dalam kompleks Stasiun Metro TV, Kebun Jeruk, Jakarta Barat.

Nama Paloh sendiri merupakan nama yang dinisbatkan dari nama desa Paloh Lada di Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara, Daerah Istimewa Nangroe Aceh Darussalam.

Surya Paloh adalah anak Rencong yang lahir di Tanah Serambi Makkah, namun lebih banyak dibesarkan di Sumatera Utara, terutama di daerah Pematangsiantar dan Medan, mengikuti daerah tugas ayahnya selaku aparat keamanan yang pindah tugas.

Setelah pensiun, keluarga besar Paloh memilih tinggal di Kota Medan, Ibu Kota Sumatera Utara. Di kota tersebut, Surya Paloh mengeyam pendidikan menengah dan tinggi, serta mengawali bangun kerajaan bisnis, karier politik, serta aktivis pergerakan.

Bersaman dengan usaha dan bisnisnya yang berkembang, dan karier politiknya yang menanjak, Surya Paloh pindah ke Jakarta. Semula pulang pergi Jakarta-Medan, Medan-Jakarta. Lama-lama, memilih menetap di Ibu Kota Negara tersebut. Terlebih, setelah menemukan pujaan hatinya, Rosita Barack, dari keluarga Barack yang berada. Surya Paloh menikahinya pada 1984 dan dikarunia putra semata wayang, Prananda Surya Paloh.

Rosita Barack adalah putri dari Omar Barack dan Aisyah Barack, pengusaha terkenal dari Kalimantan Barat, yang telah mendampingi Surya Paloh lebih dari 36 tahun dalam menjalani bahtera rumah tangga, dalam suka dan duka.

Sedangkan, Prananda Paloh putra satu-satunya dari pasangan Surya Paloh-Rosita Barack, tercatat sebagai Anggota DPR dari Partai NasDem 2 periode (2014-2019 dan 2019-2024).

Pewaris trah Paloh tersebut merupakan generasi penerus kerajaan bisnis, karier politik serta aktivis pergerakan yang mengalir darah Merah Putih Surya Paloh dalam merestorasi Indonesia.

Waktu Belajar
Surya Paloh lebih banyak menghabiskan waktu di masa kecil dan remajanya di Sumatera Utara daripada di Nanggroe Aceh Darussalam. Surya Paloh kecil ikut pindah-pindah seiring mutasi dan promosi ayahnya sebagai anggota Polri. Pernah tinggal di Kutaraja Banda Aceh, Langsa Aceh Timur, Binjai Langkat, Kotacane Aceh Tenggara, Labuhan Ruko Asahan Sumatera Utara, Serbelawan Dolok Batunanggar Simalungun, Terutung Tapanuli Utara dan Kota Medan.

Surya Paloh mengenyam pendidikan dasar dan pendidikan menenggah pertama di Serbelawan Dolok Batunanggar Simalunggun. Sedangkan, pendidikan menenggah umum di Kota Medan. Riwayat pendidikan Surya Paloh: SDN Serbelawan Simalunggun (1958-1963), SMPN Serbelawan Simalunggun (1964-1966), SMAN 7 Medan (1967-1969).

Pendidikan Tinggi Surya Paloh ditempuh di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (1970-1972), dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Sumatera Utara (1972-1975). Kedua-duanya di Kota Medan.

Waktu belajar Surya Paloh lebih banyak di luar bangku sekolah dan bangku kuliah. Ruang lingkup pergaulan dan dinamika sosial politik di masa transisi jelang dan sesudah kejatuhan Presiden Ir Soekarno dari tampuk kepemimpinan nasional, yang lebih banyak membentuk jiwa interpreneurship dan jiwa leadhership Surya Paloh.

Karier bisnis dan politik Surya Paloh yang sukses gemilang, lebih banyak ditempa oleh alam. Benar, pengalaman adalah guru yang terbaik (the experience is the best teacher).

Bagi para kadernya, Surya Paloh adalah guru besar tanpa gelar. Sedangkan bagi bangsa ini, Surya Paloh adalah guru bangsa yang menjadi surya menerangi perjalanan sejarah restorasi Indonesia. Maqam intelektual dan spiritual bangsa semacam ini, dikarenakan dharma bhaktinya terhadap Ibu Pertiwi.

Masyarakat dunia juga mengakui jasa Surya Paloh dalam memajukan hubungan Indonesia Tiongkok. Atas jasanya tersebut, Surya Paloh mendapat gelar doktor honoris causa dari Beijing Foreign University.

Melalui program berita Metro Xinwen yang berbahasa mandarin pertama di stasiun televisi nasional, Beijeng menilai Surya Paloh konsisten memperjuangkan kebebasan pers dan menjaga pluralisme bangsa, serta memajukkan hubungan antar dua negara.

Dalam konteks lokal, Firnandez, Koordinator Tim Pemantau Otonomi Khusus Aceh DPR. Justru menilai aneh bila perguruan tinggi di Aceh, seperti Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan Universitas Islam Negeri (UIN) An-Raniry, tertinggal dari Universitas Beijing yang telah memberi gelar profesor kehormatan kepada Surya Paloh pada 2014 lalu.

Surya Paloh ditinjau dari berbagai segi apa pun, lebih dari cukup untuk mendapat Dr HC. Ia adalah tokoh nasional yang berasal dari Aceh yang berpengaruh terhadap perjalanan sejarah bangsa, baik waktu menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar dulu maupun saat menjadi Ketua Umun Partai NasDem.

Sesungguhnya, bagi Surya Paloh sendiri pemberian gelar Dr HC tak begitu diharapkan. Surya Paloh sosok yang sepi ing pamreh rame ing gawe. Seorang pejuang tanpa pamrih, rela berkorban harta dan jiwanya demi Indonesia lebih baik.

Kerajaan Bisnis
Surya Paloh membangun kerajaan bisnis benar-benar dari nol. Ia belajar berbisnis sejak dari masih duduk di bangku sekolah. Jadi, tak kurang dari 36 perusahaan yang dimilikinya tidak ujug-ujug besar, tapi berawal dari kecil, kemudian besar, besar dan besar.

Alkisah, Surya Paloh remaja menjadi pemasok kebutuhan teh, ikan asin, minyak goreng, tembakau, karung goni, dan lain-lain di kedai-kedai kecil di PT Perkebunan Nusantara. Perusahaan plat Merah ini kebetulan letaknya tak jauh dari rumah Surya Paloh di Serbelawan Dolok Simalunggun. Bisnis sembako ini berawal dengan perkenalannya dengan Sofyan, asisten perkebunan di Dolok. Juga, perkenalannya dengan A Gu, seorang pedagang teh grosir di Pematangsiantar. Kedua-duanya selain menjadi sahabat sekaligus guru bisnis pertama Surya Paloh.

Pengalaman berbisnis sejak belia menjadi modal dasar Surya Paloh mengembangkan jiwa wiraswasta dan kemandirian ekonomi. Saat melanjutkan sekolah dan kuliah di Medan, Surya Paloh menjalankan dua kegiatan sekaligus: belajar dan berbisnis.

Dari Ibu Kota Sumatera Utara inilah, Surya Paloh membangun kerajaan bisnis, berawal dari usaha Karosari sampai menjadi agen jual beli mobil.

Selain menjalankan usaha sendiri, Surya Paloh menjalankan usaha orang lain. Di awal bisnis, Surya Paloh menjadi Manajer Travel Biro Seulawah Air Service Medan (1968), Pengelola Wisma Wisata Medan (1972-1975), Presiden Direktur Ika Diel Bros Medan (1973), dan Kuasa Direksi Hotel Ika Daray Banda Aceh (1975).

Surya Paloh adalah pekerja keras dan tak mudah puas. Dari menjalankan usaha sendiri dan usaha orang lain, Surya Paloh terus mengembangkan bisnis di luar Medan, dan bahkan di luar negeri. Seperti PT Ika Mataram Coy, Jakarta dan Link Up Coy, Singapura (1975-1977).

Keberhasilan Surya Paloh mengembangkan berbagai bisnis di atas, membuat banyak orang mengenal Surya Paloh sebagai pengusaha muda tajir melintir. Majalah Tempo edisi 24 November 2014, menurunkan tulisan, "Politik-Bisnis Surya Paloh". Tulisan itu memuat kemampuan Surya Paloh dalam menggabungkan kemampuan politik dan bisnis, yang membuat bisnisnya berkembang melewati rezim demi rezim dengan kuat dan mantap..

Dalam artikel tersebut, Tempo mengawali dengan urain berikut: "kemampuan membaurkan politik dan bisnis membuat Surya Paloh perkasa berselancar melewati pergantian rezim demi rezim. Tumbuh dan besar dalam naungan keluarga penguasa Orde Baru, semakin kuat pada periode setelahnya, kini kukuh di belakang pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Surya membangun bisnisnya dengan koneksi lingkaran Bambang Trihatmodjo, anak ketiga Soeharto. Mereka aktif di Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia atawa FKPPI dan Golongan Karya, yang secara politik sangat berpengaruh pada zaman Orde Baru. Kongsi bisnis kelompok ini menghasilkan, antara lain, stasiun televisi Metro, yang kelak membantu jalan politik Surya".

Sejatinya, keberhasilan Surya Paloh dalam berbisnis, berkat keuletan dan kejujuran dalam menjalankan usaha sendiri maupun usaha orang lain. Semua itu akhirnya berbuah kepercayaan. Sebuah modal yang pertama dan utama, melebih modal finansial, dalam keberlangsungan, kelanjutan, perkembangan dan kemajuan bisnis yang digeluti.

Surya Paloh menggeluti apa pun, apalagi bisnis, berdasarkan prinsip-prinsil al-amin dalam bisnis profetik. Nampak, dari berbagai pidato dan track record Surya Paloh selama ini, kepercayaan selalu ditekankan dan selalu dijaga sebagai pusaka diri.

Surya Paloh merupakan manusia langka dalam politik dan bisnis. Jamak, politisi dan pengusaha rata-rata pragmatis. Idealiasme seringkali kalah dengan pragmatisme. Surya Paloh justru berbeda dan sangat berbeda. Dibanding dengan tokoh seangkatan yang berlatarbelakang sama, sama-sama dapat berkah dari rezim Orde Baru, seperti Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie. Surya Paloh lebih awet, menanggalkan banyak kader dan institusi politik yang kuat. Karya ini lebih abadi daripada berkarya jadi Wakil Presiden dan Menko Perekonomian dan Menko Kesra, yang sesaat dan waktu terbatas.

Globe Asea 2018 merilis 150 orang terkaya di Indoneaia, nama Surya Paloh bertengger diurutan ke-91 dengan kekayaan senilai US$ 440 juta atau Rp 6,24 triliun. Sumber kekayaan Surya Paloh tersebut dari bisnis yang dilakoni sejak masih remaja sampai sekarang. Perusahaan Surya Paloh bergerak di berbagai bidang. Antara lain:

Travel Biro Seulawah, Air Service, Medan (1968), Wisma Pariwisata, Medan (1972-1975), PT Ika Diesel Bros Medan (1973), Hotel Ika Daroy, Banda Aceh (1975), PT Ika Mataram Coy, Jakarta (1975), Link Up Coy, Singapore (1976-1977), Harian Pagi Prioritas, Jakarta (1985-1986), PT Vista Yama (1989-1991), PT Mimbar Umum (1989-1994), PT Galamedia, Bandung Perkasa (1989-1994)

PT Karya Banjar Sejahtera (1989-9999), PT Citra Bumi Sumatera (1989-1991), PT Citra Masa Kini (1991-1994), PT Citra Bumi Sumatera (1991-1994), PT Karya Mapulus (1991-1994), PT Atjjeh Post (1992-1993), PT Detik Bangun Media Prestasi (1992-1995), PT TVM Indonesia (1994-1998), PT Karya Banjar Sejahtera (1989-1999)

PT Indocater, Jakarta (1979-Sekarang), PT Masa Kini Mandiri (1989-Sekarang), PT Surya Persindo (1989-Sekarang), PT Pusaka Marmer Indah Raya (1989-Sekarang), PT Bakti Citra Daya (1990-Sekarang), PT Sekotong Indah Persada (1990-Sekarang), PT Vista Yama (1990-Sekarang), PT Grahasari Surayajaya (1991-Sekarang), PT Citragraha Nugratama (1991-Sekarang), Harian Umum Media Indonesia (1992-Sekarang)

PT Citra Nusa Persada (1994-Sekarang), Sheraton Media Hotel & Towers (1994-Sekarang), PT Inti Marmer Indah Raya (1995-Sekarang), PT Satria Chandra Plastikindo (1995-Sekarang), Papandayan Hotel (1995-Sekarang), Bali Intercontinental Hotel (1999-Sekarang), dan PT Media Televisi Indonesia (Metro TV) (1999-Sekarang)

Di deretan pebisnis media, nilai kekayaan Surya Paloh di bawah Chairul Tandjung dari Group Trans7, Aburizal Bakrie dari Group TVOne. Hary Tanoesoedibjo dari MNC Group, Jakob Oetomo Kompas Group, dan Dahlan Iskan dari Jawa Pos Group. Namun, pengaruh politik Surya Paloh dalam konstalasi politik nasional, di atas para pebisnis media di atas, hatta Hary Tanoe pun gagal mengantar Partai Perindo masuk jajaran partai parlemen di Gedung Senayan.

Sebagai politisi yang berlatarbelakang pengusaha, nilai kekayaan Surya Paloh kalah dibandingkan Abu Rizal Bakrie dari Partai Golkar, Hary Tanoesoedibdjo dari Perindo, Hasyim Joyohadikusumo dari Partai Gerindra, Rusydi Kirana dari PKB, dan Jusuf Kalla dari Partai Golkar. Namun, Surya Paloh masih aktif menjabat Ketua Umum Partai NasDem yang dibidaninya, dan berhasil mengantarkan putra-putri terbaik bangsa di berbagai jabatan penting di tingkat nasional, regional dan lokal.

Surya Paloh sendiri memilih untuk memberi kesempatan kepada para kadernya masuk bursa calon presiden dan atau wakil presiden, gubernur wakil dan atau wakil gubernur, bupati dan atau wakil bupati, walikota dan atau wakil walikota, jabatan menteri dan jabatan dalam negeri lainnya. Padahal, peluang politik dan jabatan tersebut, merupakan hak Surya Paloh sebagai pucuk pimpinan partai. Sungguh, Surya Paloh sosok pebisnis dan politisi yang unik yang senantiasa memberi panggung bagi generasi baru yang lebih berkualitas dan kuat.

Karier Politik
Transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru diawali dengan gelombang demonstrasi di berbagai daerah. Terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar, dan lain sebagainya.

Lahir beberapa kelompok aksi. Kelompok aksi mahasiswa bergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI). Mahasiswa, pemuda dan pelajar menyerukan Tritura (Tiga tuntutan rakyat) yang berisi: Pertama, pembubaran PKI dan ormas-ormasnya. Kedua, perombakan Kabinet Dwikora. dan Ketiga, turunkan harga pangan.

Di Medan, Surya Paloh terlibat dalam KAPPI, organisasi komponen '66 yang turun ke jalan ikut menumbangkan rezim Soekarno yang linglung.

Eskalasi konflik horisontal akibat pemberontakan G 30/S PKI dan tuntutan rakyat atas pembubaran PKI, semakin tak terbendung di berbagai wilayah di Tanah Air.

Surya Paloh berada di garda terdepan sebagai ketua KAPPI Medan, lantang menyerukan tuntutan rakyat tersebut.

Rakyat Medan mulai mengenal Surya Paloh sebagai aktivis pergerakan. Pada saat pembentukan Golkar di Medan, akhirnya Surya Paloh ditunjuk menjadi Kordinator Pemuda dan Pelajar di Sekretariat Bersama Golkar.

Sekber Golkar dibidani oleh perwira angkatan darat untuk menghalau pengaruh PKI pada 20 Oktober 1964. Sekber ini merupakan perkumpulan 62 ormas, kemudian 291 ormas memiliki cita-cita yang sama, mempertahankan Pancasila dan UUD 1945.

Di Medan, Sekber Golkar baru dibentuk setelah peristiwa 1965-1966, yang kemudian menjadi embrio dari Partai Golkar. Sebuah partai, tempat Surya Paloh berlabuh selama 43 tahun.

Pada Pemilu 1971, Surya Paloh terpilih menjadi anggota DPRD Tingkat II Kota Medan. Ia adalah anggota DPRD termuda dengan usia 20 tahun. Sejak saat itu, karier politik Surya Paloh menanjak cepat beriringan dengan kariernya di dunia bisnis. Namanya mulai berkibar di lingkungan Partai Golkar.

Kemudian pada Pemilu 1977, Surya Paloh terpilih menjadi anggota MPR di usia 25 tahun. Demikian pula pada Pemilu 1982, Ia terpilih kembali menjadi anggota MPR di usia 30 tahun.

Sewaktu menjabat menjadi anggota MPR, Surya Paloh bersama Yosianawas, Tjokro Suprianto, Capt Haribowo, Wisnu Batubara, Agus Santoso, dan Kareluaas mendirikan FKPPI (Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan Indonesia) pada tahun 1978. Organisasi anak kolong ini, didirikan atas persetujuan PEBABRI (Persatuan Purnawirawan dan Warakauri TNI/Polri).

Bahkan, deklarasi berdirinya FKPPI ini bersamaan dengan HUT PEBABRI ke-12, 12 September 1978 di gedung Wanita Nyai Ageng Serang Kuningan Jakarta. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi FKPPI. Organisasi ini, mulai berdiri sampai dengan reformasi selalu mendapat jatah caleg jadi dari Partai Golkar setiap pemilu di berbagai tingkatannya.

Sedangkan pada Pemilu 1987, Surya Paloh gagal dilantik menjadi anggota MPR dikarenakan Koran Prioritas miliknya dibredel oleh pemerintah akibat berita-beritanya yang kritis terhadap pemerintah Orde Baru.

Semenjak itulah Surya Paloh vakum dari dunia politik praktis dan lebih berkonsentrasi pada bisnisnya. Dan, baru muncul kembali di tengah-tengah Partai Golkar saat menawarkan konsep konvensi calon presiden pada tahun 2004. Konsep konvensi ini sebagai terobosan untuk mengangkat kembali citra Partai Golkar dari keterpurukan.

Sampai waktu Surya Paloh keluar dari Partai Golkar, ia merasa sudah mendarmabaktikan seluruh tenaga dan fikirannya untuk kebesaran Partai Golkar, baik pada saat memiliki posisi atau pun tidak di kepengurusan partai.

Tepatnya pada 11 September 2011, Surya Paloh resmi mundur dari partai yang ikut membesarkan dan dibesarkannya, lantaran ultimatum dari DPP Partai Golkar untuk mengundurkan diri bagi para kader yang aktif di Ormas Nasional Demokrat.

Pada saat Rakernas Partai NasDem, Surya Paloh mengemukakan alasannya keluar dari Partai Golkar. "Sebagai manusia biasa, saya memiliki kekecewaan. Ini kenapa saya harus meninggalkan partai itu dan kenapa saya harus membangun institusi partai baru".

Itu semua karena sikap yang berseberangan antara dirinya dan DPP Partai Golkar, yang mengunakan pendekatan politik yang tak rasional, tak masuk akal dan menafikan dasar hati nurani.

Pasca reformasi, Surya Paloh sekurang-kurangnya tiga kali bertarung di Partai Golkar. Ia pernah ikut konvensi calon presiden Partai Golkar yang akhirnya dimenangkan Jenderal (Purn) TNI Wiranto. Dan, dua kali ikut mencalonkan diri menjadi Ketua Umum pada Munas Partai Golkar Bali 2004 dan Munas Partai Golkar Riau 2009. Munas Bali, Surya Paloh mundur dan mengalihkan dukunganya kepada Jusuf Kalla. Sementara Munas Riau, Surya Paloh terus maju dan kalah tipis dengan Abu Rizal Bakrie: 240 lawan 296 suara.

Di kabinet Jusuf Kalla, Surya Paloh didapuk menjadi Ketua Dewan Pertimbangan DPP Partai Golkar (2004-2009). Namun, di kabinet Aburizal Bakrie, Surya Paloh di luar struktur DPP Partai Golkar (2009-2014).

Surya Paloh sebagai manusia biasa tentu kecewa, namun idealisme dalam mengembangkan politik gagasan membutuhkan wadah organisasi sebagai alat perjuangan. Untuk itu, Surya Paloh membidani Ormas Nasional Demokrat yang selanjutnya menjadi Partai NasDem. Ternyata hikmah di balik serangkaian kegagalan demi kegagalan di Partai Golkar, sejarah menghendaki Surya Paloh melahirkan institusi partai baru yang menjadi rumah kaum pergerakan di Tanah Air.

Perolehan suara dan kursi Partai NasDem 2 kali pemilu, selalu memutarbalikkan prediksi hasil survey yang konsisten meramal Partai NasDem tak lolos parliamentary threshold. Sehingga, Surya Paloh bila dimintai tanggapan perihal hasil survey yang rendah dengan seloroh menjawab:

"Pada Pemilu 2014, pemilu pertama, partai kita baru satu tahun. Tidak ada yang menyangka, sebagian besar masyarakat apalagi lembaga survei telah memprediksikan Nasdem tidak lolos parlementary threshold pada waktu itu sekitar 3%". Namun ternyata, hasil Pemilu 2014 partainya menorehkan hasil sekitar 6,8% suara nasional dengan jumlah pemilih sekitar 8,4 juta orang.

Di Pemilu 2019, hasil survei lagi-lagi menyebutkan Partai NasDem diprediksikan tidak lolos ambang batas parlemen di bawah 4%. Namun, hasil survey tersebut lagi-lagi juga dipatahkan dengan perolehan yang diraih NasDem.

Lanjut Surya Paloh, "Pemilu 2019, NasDem malah mendapatkan tambahan kepercayaan suara dari masyarakat jadi 12,6 juta (suara) dengan 59 kursi DPR. Dulu ada 2 sampai 3 menteri di kabinet, sekarang masih ada 3 kursi menteri kabinet".

Karena keberhasilannya dalam memimpin Partai NasDem, terdengar suara santer dari jajaran pengurus DPW dan DPD Partai NasDem peserta Kongres ke-2 di Jakarta, untuk mencalonkan Surya Paloh menjadi calon presiden 2024 yang akan datang. Aspirasi para kader tersebut langsung ditolak oleh Surya Paloh, dengan alasan ia sudah tua dan tidak punya keinginan maju menjadi calon presiden. Beda halnya, bila tawaran tersebut 20 tahun lalu, ia masih mempertimbangkan usul nyapres tersebut.

Surya Paloh sudah merasa cukup menjadi Ketua Umum, yang telah berhasil menganterkan kader-kader terbaik bangsa. Ia bertekad untuk menggelar Konvensi Capres Partai NasDem secara terbuka dan profesional. Penyelenggaran Konvensi Capres Partai NasDem akan berjalan free and fair, tak akan sama dengan Konvensi Capres lain seperti Partai Golkar 2004 dan Partai Demokrat 2014.

Bagi siapa pun kader terbaik bangsa, akan diberikan Kesempatan sama, menjadi calon presiden 2024 yang akan datang, termasuk Anis Baswedan yang sowan kepada Surya Paloh di Kantor DPP Partai NasDem (24/7/2019), serta diberi panggung pada acara Pembukaan Kongres Partai NasDem ke-2 Jakarta (8-11/11/2019).

Surya Paloh pada sambutan penutupan kongres ke-2 dan Hut ke-8 Partai NasDem, menegaskan: "Kongres memintakan agar saya bersedia untuk dicalonkan calon presiden pada tahun 2024.

Seluruh tugas yang diberikan kepada saya sebagai mandat sebagai ketua umum terpilih, insya Allah, rasa-rasanya bisa saya lakukan. Tapi memberikan harapan, keyakinan tugas menjadi calon presiden. Ah Bapak Presiden! Bapak Wakil Presiden! Mbak Mega yang saya sayangin.

Saya ingin nyatakan! Saya ingin nyatakan! rasanya tidak mungkin membalikkan jarum jam kembali. Ah ini menjadi permasalahan bagi saya. Saya terima hormat kepada kawan-kawan semuanya. Tapi saya katakan, kalau saja tawaran itu berlaku 20 tahun lalu, saya siap untuk itu.

Apa jalan yang harus kita ambil? Saya fikir. Saya berikhtiar. Saya berkontemplasi pada diri saya semalaman. Maka di hadapan tokoh bangsa ini, saya ingin nyatakan. Partai ini harus berani. Sebuah inisiatif untuk membuka, memberi ruang kesempatan kepada seluruh potensi anak negeri, yang mungkin pantas, patut untuk menjadi pemimpin negeri pada tahun 2024.

Maka dari itu, kita tidak ada salahnya, kita akan lakukan 2 tahun menjelang 2024, kita akan lakukan dengan kesungguhan hati, dengan penuh kebajikan, kejujuran untuk memilih salah satu yang terbaik melalui proses konvensi calon presiden. Ini harapan kita!

Maka ini bisa memberikan gambaran. Betapa bersyukurnya kita, bisa hadir, bisa menarik nafas di tengah-tengah kehidupan bangsa yang tetap memberikan kesempatan bagi semua anak negeri untuk tampil menjadi pemimpin-pemimpin negeri ini.

Jadi, kalau ada yang menyatakan. Ah ini berpihak kepada si Bung Anis. Ah salah itu. Berpihak kepada Ridwan Kamil. Apalagi. Salah juga itu. Khafifah belum tentu. Kader daripada internal Partai NasDem. Apalagi. Belum tentu lagi. Jadi, siapa? Iya kita cari bersama".

Dari sambutan Surya Paloh di atas, Partai NasDem akan menggelar Konvensi Calon Presiden Partai NasDem pada 2022. Konvensi ini menjadi instrumen rekrutmen kepemimpinan nasional yang menjadi tugas partai, sebagaimana diamanahkan oleh UU No 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Calon peserta tak perlu khawatir proses konvensi akan bias kepentingan ketua umum partai, seperti Konvensi Partai Golkar 2004. Dimana, Akbar Tandjung selaku ketua umum ikut menjadi peserta konvensi. juga, proses konvensi tak akan menjadi panggung menggeret elektabilitas partai semata-mata, seperti Konvensi Partai Demokrat 2014. Dimana, Dahlan Iskan selaku pemenang konvensi tidak diusulkan menjadi calon presiden pada tahun 2014.

Partai NasDem telah membuktikan sebagai partai terbuka, selalu memberikan jalan bagi semua anak negeri tampil menjadi pemimpin bangsa, tanpa peduli tokoh yang bersangkutan kader partai apa bukan. Apalagi, bila rakyat sangat menginginkan tokoh itu menjadi pemimpin yang tercermin dari hasil survey yang tinggi. Partai NasDem telah menggunakan hasil survey independen sebagai perangkat ilmiah menakar keinginan rakyat terhadap calon pemimpin yang didamba-dambakan.

Partai NasDem dengan konsisten menggunakan perangkat ilmiah ini untuk menjatuhkan pilihan kepada bakal calon presiden, gubernur, bupati/walikota, bukan karena kedekatan dengan ketua umum, apalagi karena mahar politik. Publik sudah tahu persis track record Partai NasDem pada Pilpres dan Pilkada selama ini.

Penulis adalah Pendiri Eksan Institute sekaligus Ketua Bidang Agama dan Masyarakat Adat DPW Partai Nasdem Jatim

Bagikan:

Komentar