|
Menu Close Menu

Ijtihad Sang King Maker (Rekam Jejak Surya Paloh dalam Pilpres)

Sabtu, 16 Juli 2022 | 19.29 WIB




Oleh Moch Eksan

Lensajatim.id, Opini- Pasca reformasi, Surya Paloh memiliki rekam jejak yang panjang dalam pemilihan presiden langsung rakyat. Sebagai tokoh politik nasional, selama 20 tahun terakhir, pimpinan Media Group ini selalu mengambil bagian penting dalam setiap Pilpres, baik sebagai bakal calon, pendukung maupun pengusung calon presiden.


Surya Paloh pernah sebagai peserta Konvensi Presiden Partai Golkar. Pada Pilpres 2004, Partai Golkar menggelar konvensi presiden partai. Konvensi ini mengadopsi konvensi presiden ala sistem kandidasi presiden dari Partai Demokrat maupun Partai Republik di Amerika Serikat.


Surya Paloh merupakan salah satu peserta konvensi presiden Partai Golkar dengan sejumlah tokoh yang lain. Semisal Jenderal TNi (Purn) Wiranto, Letjen (Purn) Prabowo Subianto, Ir Akbar Tanjung, dan Ir Aburizal Bakrie.


Hasilnya, Wiranto yang memperoleh dukungan mayoritas dari DPD mengalahkan Akbar Tandjung. Partai Golkar akhirnya memajukan Wiranto sebagai calon presiden, Ir Sholahuddin Wahid sebagai calon wakil presiden.


Karena tak ada satu pun calon memperoleh 50 persen atau 274 suara DPD Partai Golkar, maka bakal calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua maju ke pilihan putaran kedua. Praktis, Akbar Tandjung dan Wiranto yang berhak maju pada putaran berikutnya.


Dalam konvensi presiden Partai Golkar tersebut, proses pemilihan calon presiden dilakukan dua putaran. Putaran pertama, Surya Paloh mendapatkan 77 suara. Sedangkan, Akbar Tandjung 147 suara, Wiranto 137,  Aburizal Bakrie 118, dan Probowo Subianto 39 suara serta 28 suara abstain.


Pasangan yang diusung oleh Partai Golkar dan PKB ini memperoleh 26.286.788 atau 22,15 persen. Peringkat perolehan suaranya berada pada nomor 3, kendati Partai Golkar pada Pemilu 2004 adalah pemenang pemilu legislatif.


Pada Pilpres 2004,  Surya Paloh bersebrangan dengan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusung oleh koalisi Partai Golkar. Ia memilih mendukung pasangan Jenderal (Purn) Bambang Susilo Yudhoyono dan M Jusuf Kalla sebagai calon presiden dan wakil presiden. Pasang pemenang Pilpres putaran pertama dan kedua ini diusung oleh Demokrat, PBB, PBR, dan PKPI.


Ijtihad politik Surya Paloh ini ternyata benar. SBY-JK terpilih sebagai pasangan calon yang memperoleh 69.266.350 suara atau 60,62 persen mengalahkan calon incumbent, Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.


Sebagai figur calon, SBY memang dalam pandangan Surya Paloh punya segala-galanya. Seorang jenderal pinter dan ganteng. Modalitas ini yang memudahkan pemimpin Cikeas mengalahkan calon yang lain.


Surya Paloh menjatuhkan pilihannya berdasarkan insting dan suara publik yang menginginkan SBY sebagai presiden pasca Megawati. Waktu itu, belum terlalu populer, memilih kandidat berdasarkan hasil survey.


Sesungguhnya, Surya Paloh merupakan penganut Rational choice theory (teori pilihan rasional) dari Gary Backer yang menentukan preferensi pilihan atas sejumlah alternasi berdasarkan pada obyektivitas. Kecenderungan pribadi dikesampingkan dan lebih memilih pada informasi yang lengkap, akurat dan valid.


Jadi, memilih SBY-JK adalah pilihan yang paling rasional pada Pilpres 2004. Jalan politik nalar ini yang memantapkan Surya Paloh menggunakan segala kekuatannya untuk memenangkan pasangan capres nomor 4 ini.


*Penulis adalah Pendiri Eksan Institute

Bagikan:

Komentar