|
Menu Close Menu

Waspada, 249 Kasus Leptospirosis Terjadi di Jawa Timur Sepanjang 2023, Berikut Penjelasan Gubernur Khofifah

Senin, 06 Maret 2023 | 23.03 WIB

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa. (Dok/Istimewa).

Lensajatim.id, Surabaya- Penyakit Leptospirosis atau kencing tikus menyerang Jawa Timur. Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan Jawa Timur ada 249 kasus penyakit Leptospirosis atau kencing tikus di sepanjang 2023 yang tersebar di sejumlah kota/kabupaten. Dari data itu sebanyak sembilan orang meninggal dunia dengan periode waktu yang sama.


Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jatim menjelaskan bahwa kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 204 kasus dan jumlah kematian enam orang.


Kasus terbanyak kedua di Kabupaten Sampang sejumlah 22 kasus, kemudian Kabupaten Lumajang delapan kasus, Kota Probolinggo lima kasus dengan kematian satu orang, Kabupaten Probolinggo tiga kasus dengan kematian dua orang, serta Kabupaten Tulungagung empat kasus, dan Kabupaten Gresik tiga kasus.


“Penyakit ini menyebar melalui air atau tanah yang terkontaminasi urine hewan terinfeksi. Hewan yang membawa bakteri leptospira antara lain tikus, sapi, babi dan lain sebagainya. Tapi dalam kasus ini tikus penyebab utamanya,” ucap Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Senin (6/3/2023), sebagaimana ditulis Suara Surabaya. 


Gubernur Jatim itu mengimbau supaya masyarakat yang merasakan gejala seperti demam tinggi di atas 38 derajat, nyeri kepala, nyeri otot, lelah, dan mata kekuningan supaya memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit.


Kata Khofifah, gejala Leptosirosis ini mirip dengan demam berdarah. Kalau telat mendapat penanganan bisa menyebabkan pasien meninggal dunia.


Mantan Menteri Sosial RI itu menyebut sebaran penyakit ini seiring dengan musim penghujan. Yang mana bakteri itu menyebar secara sporadis di tanah, khususnya lahan sawah dalam kasus ini.


“Masyarakat harus rajin mencuci anggota tubuh pakai sabun setelah aktivitas. Terutama di daerah yang terpapar banjir. Kalau perlu pakai sarung tangan dan sepatu boot di area yang rawan terkontaminasi leptospira,” jelas Khofifah.


Sementara itu dokter Erwin Astha Kepla Dinas Kesehatan Jatim telah menginstruksikan seluruh Kadinkes kabupaten/kota agar melakukan pelaporan lewat Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) terkait penanganan leptospirosis.


Dinkes Jatim juga menyiapkan ketersediaan Rapid Diagnostic Test (RDT) leptospirosis di masing-masing kabupaten/kota untuk mempermudah diagnosis serta mensosialisasikan tatalaksana pengobatan penyakit itu.


“Penularan leptospirosis bisa terjadi melalui kontak erat dengan binatang ternak yang terinfeksi dan terjadi pada pekerjaan yang berpotensi kontak dengan sumber infeksi,” paparnya.(ss/red).

Bagikan:

Komentar