|
Menu Close Menu

Karya Husada 08

Senin, 28 Oktober 2024 | 13.45 WIB



Oleh Moch Eksan


Lensajatim.id, Opini- Pasca pemulihan dari Pandemi Covid-19, dunia menyadari bahwa bioterorisme itu sangat nyata. Suatu tindakan teror dengan menyebarkan penyakit yang mengancam keselamatan dan mengakibatkan kematian manusia dan hewan.


Tindak teror ini dilakukan dengan cara menyebarkan  bakteri, virus, jamur, mikroorganisme dan toksin lainnya. Ini dilakukan dengan penyemprotan di udara, penularan melalui hewan terinfeksi yang berinteraksi dengan manusia, serta kontaminasi pada makanan dan air.


Tentu, pembangunan Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) di bawah Kemenhan pada era Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, harus ditempatkan sebagai usaha penanggulangan bioterorisme. Selama ia menjadi Menteri Pertahanan (2019-2024), tak kurang dari 26 rumah sakit yang dibangun.


Termasuk di dalamnya, RS militer terbesar di ASEAN yang memiliki 1.000 tempat tidur, 136 ICU dan 8 ruang operasi. RS tersebut bernama Rumah Sakit Jenderal Soedirman yang terletak di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.


Pembangunan fasilitas pelayanan kesehatan di atas tak diniatkan semata untuk anggota TNI dan keluarga, tetapi juga diperuntukkan bagi masyarakat umum. Prabowo menyakini ketahanan negara juga bergantung pada ketahanan kesehatan masyarakat.


Karya Husada 08 atau presentasi pembangunan kesehatan Prabowo bukti sebagai sosok pemimpin yang peduli pada kesehatan masyarakat. Sektor ini merupakan kebutuhan dasar dan masuk urusan wajib yang kongkuren mulai dari pemerintah pusat, provinsi sampai pemerintah kabupaten/kota.


Dalam Asta Cita, Presiden 08 ini berjanji untuk meningkatkan jaminan pelayanan kesehatan. Termasuk pemeriksaan kesehatan gratis. Agar visi Indonesia sehat 2025 dapat terwujud.


Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: pertama, penerapan paradigma sehat. Kedua, penguatan pelayanan kesehatan. Dan ketiga, pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN).


Namun demikian, pembangunan kesehatan berkelanjutan dari presiden ke presiden, masih bertumpu pada tindak kuratif dan rehabilitatif. Sementara tindakan promotif dan preventif belum dapat mendorong transformasi budaya pada hidup sehat. Akibatnya, peningkatan alokasi anggaran kesehatan tak berbanding lurus dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.


Kondisi ini merupakan bagian dari paradoks Indonesia. Yakni paradoks kesehatan 08 dalam memimpin negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Kunci sukses dalam pembangunan kesehatan, adalah perubahan gaya hidup pada gaya hidup sehat.


Hidup sehat merupakan gaya hidup yang mengutamakan kesehatan fisik dan mental, serta bebas dari penyakit kronis. Untuk itu, penduduk Indonesia harus menjalani hidup sehat berikut ini:


Pertama, menjaga pola makan yang sehat.


Kedua, melakukan olahraga secara teratur.


Ketiga, tidur dengan cukup.


Keempat, menjauhi kebiasaan buruk seperti merokok dan minum minuman keras.


Kelima, memeriksa kesehatan secara berkala.


Keenam, menjaga kebersihan lingkungan.


Ketujuh, mengelola stres dengan baik.


Setelah berhasil operasi kaki kiri pada 5 Juli 2024 lalu, kondisi kesehatan Prabowo tampak sangat prima. Ia sudah dapat berjalan normal. Dan tak terlihat berjalan pincang lagi akibat cidera kaki sejak 1980an.


Meski sudah berusia 73 tahun lebih, sama dengan rata-rata usia harapan hidup (UHH) Indonesia pada 2023, Prabowo dapat menjalankan tugas negara dengan baik tanpa hambatan kesehatan berarti.


Pada acara pembekalan menteri, wakil menteri, kepala badan/lembaga, utusan khusus dan para nasehat, Prabowo juga mengikuti kegiatan fisik secara langsung sejak pagi buta. Bahkan, ia acapkali sudah siap di lokasi sebelum peserta yang lain datang.


Lembah Tidar menjadi saksi bisu kondisi prima kesehatan Prabowo yang siap menopang tugas berat negara. Terutama dalam mewujudkan cita husada bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga!!!


Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute dan Penulis Buku "Kerikil Dibalik Sepatu Anies".

Bagikan:

Komentar