Willy Aditya, Ketua Komisi XIII DPR RI. (Dok/Istimewa). |
"Jadi ayo kita sama-sama, ayo kita tidak tutup mata. Lebih bagus partisipatori. Kita tidak bicara kalah menang, tapi berbicara objektif. Nganggo (menggunakan) akal sehat. Ojo saksake (jangan semaunya). Banyak yang mau dimiskinkan, banyak yang kemudian dipinggirkan. Jangan. Nanti kalau seperti itu, berontak, susah loh," ujar Willy dalam Diskusi Mingguan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bertajuk Serap Aspirasi Mata Rantai Industri Hasil Tembakau di Ruang PPIP, di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (12/11/2024).
Masyarakat yang menggeluti industri tembakau melontarkan protes keras terhadap RPMK tentang Pengamanan Produk Tembakau dan Rokok Elektronik yang sedang disusun Kemenkes. Pemberlakuan peraturan itu berpotensi membuat industri tembakau terkena imbas dan dikhawatirkan terjadi PHK besar.
Beberapa poin yang diprotes dalam RPMK tersebut antara lain penerapan kemasan polos pada rokok, larangan penjualan rokok pada radius 200 meter dari pusat pendidikan, serta larangan pengiklanan produk rokok.
Ketua DPP Partai NasDem ini khawatir jika peraturan itu tetap dipaksakan, akan menimbulkan gejolak pada masyarakat yang bekerja di bidang pengolahan tembakau.
"Kalau kita mau compare (bandingkan). Bicara rokok ini sumber penyakit? Kalau mau jujur bicara objektif, mana lebih bahaya dibanding gula? Cek, tanya sama dokter-dokter. Penyakit apa yang paling besar? Ya diabetes. Kenapa gula tidak dilarang? Kenapa tembakau dipersulit?," tandasnya.
Willy meminta pemerintah tidak pilih kasih terhadap industri tembakau dan mengistimewakan sektor lain.
"Ini ada bawang putih, bawang merah. Ada anak kandung anak tiri. Jangan. Jadi jangan kemudian ego sektoral untuk iya pada satu sisi tapi larang di sisi yang lain. Jadi mari kita duduk bareng," imbau Willy. (dis/*)
Komentar