![]() |
Ning Lia, Anggota DPD RI asal Jawa Timur. (Dok/Istimewa). |
Bagi Ning Lia, sapaan akrab Senator berhijab itu, kebijakan ini bukan sekadar isu perjalanan bebas visa, tetapi simbol transformasi besar hubungan bilateral Indonesia–Uni Eropa yang bisa menjadi katalis pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ini bukan soal jalan-jalan lebih mudah. Ini tentang membuka pintu lebar-lebar bagi tenaga kerja profesional, pelajar, investor, dan pengusaha Indonesia untuk membangun jejaring global dan meningkatkan daya saing,” ujar Ning Lia dalam keterangannya, Selasa (15/7/2025).
Kemudahan berupa visa Schengen multiple-entry diyakini akan mendorong kelancaran mobilitas tenaga kerja terampil, memperbesar arus investasi, dan meningkatkan konektivitas sektor-sektor strategis seperti teknologi, pendidikan, dan industri kreatif.
“Uni Eropa adalah episentrum banyak sektor masa depan. Akses yang lebih mudah ke wilayah tersebut akan mempercepat peningkatan kualitas SDM kita—dari penguasaan teknologi, bahasa asing, hingga kemampuan adaptasi global,” jelas Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif Versi Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) ini.
Tak hanya menjanjikan peningkatan remitansi pekerja migran terampil, kemudahan visa ini juga diyakini memperluas peluang investasi bilateral. Investor dari Eropa akan lebih mudah masuk ke pasar Indonesia, sementara pelaku usaha nasional dapat lebih lincah berekspansi ke Eropa.
“Ini bukan hanya tentang transaksi bisnis, tapi juga pertukaran pengetahuan, kolaborasi riset, dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Kita berbicara tentang fondasi kerja sama jangka panjang yang saling menguntungkan,” tambahnya.
Meski menyambut positif, Keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa ini mengingatkan bahwa kebijakan ini harus diimbangi dengan kesiapan nasional, terutama dalam aspek pelatihan, sertifikasi keterampilan, dan penguatan ekosistem pendidikan vokasi.
"Peluang sebesar ini harus ditangkap dengan keseriusan menyiapkan SDM unggul. Jangan sampai kita hanya jadi penonton. Negara harus hadir lewat pelatihan, sertifikasi, dan dukungan bahasa asing,” tegasnya.
Ning Lia juga menyoroti peran strategis Indonesia dalam rantai pasok global, terutama di tengah fokus Uni Eropa terhadap transisi energi bersih dan digital.
“Kita adalah mitra penting dalam penyediaan bahan baku untuk energi hijau dan digitalisasi. Dengan kemudahan akses ke Eropa, posisi tawar Indonesia akan semakin kuat,” ujarnya.
Sebagai penutup, Lia Istifhama menyebut kesepakatan ini sebagai sinyal kuat bahwa Indonesia dan Uni Eropa memilih jalur keterbukaan, kolaborasi, dan masa depan bersama—di tengah dunia yang semakin protektif dan eksklusif. (Had)
Komentar