|
Menu Close Menu

Lewat Podcast, KPU Jatim Ingin Buktikan Sosialisasi Pemilu Tak Harus Kaku

Sabtu, 26 Juli 2025 | 20.24 WIB

Mochammad Afifuddin, Ketua KPU RI saat meresmikan Podcast KPU Jatim.(Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Surabaya — Di tengah tantangan literasi politik dan kejenuhan publik terhadap gaya komunikasi formal, KPU Provinsi Jawa Timur mengambil langkah berbeda. Sebuah ruang siar digital resmi diluncurkan: Podcast KPU Jatim. Peresmian ini dilakukan langsung oleh Ketua KPU RI, Mochammad Afifuddin, pada Sabtu (26/7/2025), di kantor KPU Jatim, di Surabaya. 


Tak sekadar seremoni, kehadiran podcast ini menjadi bentuk keseriusan KPU Jatim dalam menghadirkan edukasi pemilu yang lebih menyenangkan dan membumi. “Semoga podcast ini bisa menjadi ruang sosialisasi pemilihan umum yang bisa dinikmati banyak orang,” ujar Afifuddin, sesaat setelah menggunting pita peresmian.


Dalam sambutannya, Afifuddin menggarisbawahi pentingnya pendekatan baru dalam menyampaikan pesan demokrasi. Media seperti podcast dinilai lebih cair, interaktif, dan bisa menjangkau generasi muda—segmen yang selama ini cenderung abai terhadap isu kepemiluan.


“Inovasi ini harus jadi inspirasi untuk KPU di daerah lain. Sosialisasi pemilu itu tak harus serius dan kaku. Justru kalau bisa menyenangkan, orang akan lebih mudah paham dan tertarik,” ujarnya.


Ketua KPU Jatim, Aang Kunaifi, bersama seluruh anggota komisioner turut mendampingi peresmian ini. Hadir pula jajaran staf dan pegawai sekretariat yang menjadi bagian penting dalam kelahiran ruang podcast tersebut.


Podcast ini dirancang sebagai kanal komunikasi dua arah, bukan hanya menyampaikan informasi satu arah seperti media konvensional. Formatnya fleksibel: bisa berupa diskusi, bincang santai, bahkan konten kreatif lain yang mengangkat isu kepemiluan.


Apalagi menjelang tahapan Pemilu serentak yang akan datang, KPU Jatim ingin memastikan bahwa warga—dari akar rumput hingga pemilih pemula—tidak sekadar tahu kapan memilih, tapi juga mengapa mereka harus peduli.


Langkah ini sekaligus menjadi jawaban atas kebutuhan komunikasi politik yang lebih adaptif di era digital. Informasi pemilu tak lagi terbatas di baliho atau brosur, tapi hadir di ruang-ruang virtual yang akrab di telinga generasi muda. (Had) 

Bagikan:

Komentar