![]() |
H.Muzammil Syafi'i, Mantan Ketua MA IPNU Provinsi Jawa Timur.(Dok/Istimewa). |
Munas ini tak sekadar menjadi forum silaturahim, tetapi juga akan menjadi ajang strategis untuk memilih Ketua Umum MA IPNU Pusat periode 2025–2030. H. Muzammil Syafi’i, mantan Ketua MA IPNU Jawa Timur, menegaskan bahwa proses regenerasi kepemimpinan harus terus dijaga agar organisasi tetap relevan dan responsif terhadap kebutuhan zaman.
Dipilihnya Bondowoso sebagai lokasi Munas bukan tanpa makna. Kabupaten ini dipimpin oleh KH Abdul Hamid Wahid, yang juga menjabat Ketua Presidium MA IPNU Jawa Timur. Di bawah komandonya, tema besar “Pendidikan Gratis dan Inklusif untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045” diangkat sebagai fondasi utama Munas.
“Kita harus menyongsong masa depan pendidikan Indonesia dengan antusias. Harus ada rumusan yang jelas, rinci, dan menyentuh akar persoalan,” tegas Buya Muzammil, sapaan akrab H. Muzammil Syafi’i, mengutip pernyataan Sekjen MA IPNU, Prof. Dr. Asrorun Niam Sholeh, Kamis (31/07/2025).
Buya Muzammil, yang juga dikenal sebagai mantan Ketua Fraksi NasDem DPRD Jawa Timur, mengungkap sederet persoalan mendasar dalam dunia pendidikan Indonesia. Mulai dari kualitas guru yang belum merata, minimnya fasilitas pendidikan di daerah terpencil, hingga kurikulum yang dianggap belum relevan dengan kebutuhan zaman.
Ia menyoroti lima hal utama:
Kualitas guru masih jauh dari ideal dan kesejahteraan rendah kerap memaksa mereka mencari pekerjaan tambahan.
Fasilitas pendidikan banyak yang tidak memadai, terutama di pelosok.
Akses pendidikan masih timpang antara kota dan desa.
Kurikulum terlalu fokus pada hafalan dan belum mendukung keterampilan abad ke-21.
Anggaran pendidikan belum digunakan secara efektif dan efisien.
Rekomendasi Strategis MA IPNU
Menjawab tantangan tersebut, MA IPNU menawarkan sejumlah langkah solutif:
1. Peningkatan kualitas guru, melalui rekrutmen berbasis kompetensi dan pelatihan berkelanjutan.
2. Revitalisasi kurikulum berbasis 4C: critical thinking, creativity, communication, dan collaboration.
3. Pemerataan infrastruktur pendidikan, termasuk pemanfaatan teknologi hingga ke wilayah terluar.
4. Optimalisasi anggaran pendidikan, dengan akuntabilitas tinggi dan partisipasi aktif sektor swasta dan masyarakat.
Dalam konteks pemilihan ketua baru, Buya Muzammil secara terbuka mendukung Prof. Dr. Asrorun Niam Sholeh sebagai sosok paling layak memimpin MA IPNU Pusat untuk lima tahun ke depan.
“Beliau sudah lebih dari delapan tahun mendampingi ketua umum MA IPNU. Loyalitasnya terhadap NU, kapasitas intelektual, dan aksesnya di dunia pendidikan, MUI, serta lingkaran pemerintahan tak perlu diragukan,” tandasnya.
Munas MA IPNU 2025 diharapkan menjadi titik balik peran strategis alumni IPNU dalam membangun kualitas sumber daya manusia Indonesia, sekaligus memperkuat kontribusi Nahdlatul Ulama dalam mewujudkan cita-cita besar Indonesia Emas 2045.
" Selamat Bermunas! Semoga menjadi forum yang melahirkan gagasan cemerlang untuk NU, umat, dan masa depan bangsa," pungkasnya. (Had)
Komentar