|
Menu Close Menu

Senator Lia Istifhama Ajak Rakyat Hidupkan Kembali Spirit Bung Hatta Lewat Koperasi Merah Putih

Sabtu, 12 Juli 2025 | 14.04 WIB

Lia Istifhama, Anggota DPD RI asal Jawa Timur. (Dok/Istimewa). 
Lensajatim.id, Surabaya— Memperingati Hari Koperasi Nasional, Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama, menyerukan kebangkitan kembali semangat Koperasi Merah Putih. Menurutnya, koperasi bukan sekadar entitas bisnis, melainkan simbol kedaulatan rakyat atas alat produksi dan distribusi, yang harus berpijak pada nilai-nilai kebangsaan dan etika ekonomi Islam.


“Koperasi itu bukan hanya badan usaha atau produk lokal. Lebih penting, ia adalah simbol perlawanan terhadap eksploitasi dan bentuk nyata dari kedaulatan ekonomi rakyat,” ujar Ning Lia, sapaan akrabnya, Sabtu (12/07/2025). 


Dalam refleksinya, Ning Lia menilai banyak koperasi saat ini telah menyimpang dari cita-cita luhur para pendiri bangsa seperti Bung Hatta. Alih-alih menjadi benteng ekonomi rakyat, koperasi justru kerap dijadikan alat rente lokal, proyek musiman, bahkan ladang korupsi terselubung di tingkat desa.


“Kita tak boleh mengulang kegagalan masa lalu. Bung Hatta sudah mengingatkan soal kerusakan nama koperasi akibat BUUD tempo dulu. Kini, koperasi harus dibangkitkan sebagai gerakan ekonomi rakyat, bukan hanya papan nama,” tegas peraih penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif Versi Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN) ini. 


Ia mengusulkan lahirnya kembali semangat Koperasi Merah Putih—sebuah konsep koperasi yang berpihak pada petani, nelayan, buruh, dan pelaku UMKM. Merah, menurutnya, melambangkan keberanian melawan sistem ekonomi predator, sedangkan putih mencerminkan kesucian niat dalam melayani rakyat.


Lebih lanjut, Keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa ini mengaitkan koperasi dengan ajaran ekonomi Islam yang menolak praktik zalim seperti riba, gharar (ketidakjelasan), dan monopoli. Ia menyebut koperasi sangat relevan dengan prinsip syirkah dan mudharabah dalam fiqh muamalah, di mana modal dikumpulkan secara kolektif, dikelola dengan amanah, hasil dibagi secara adil, dan kerugian ditanggung bersama.


“Ekonomi Islam mengajarkan ta’awun (tolong-menolong), keadilan, dan transparansi. Koperasi seharusnya menjadi wadah yang mewujudkan nilai-nilai tersebut,” jelasnya.


Tak hanya bebas bunga, ia menegaskan bahwa koperasi syariah juga harus mengedepankan keadilan distribusi, mencegah akumulasi kekayaan secara eksploitatif, serta memiliki orientasi maslahat.


Menurut Ning Lia, membangun koperasi tak cukup hanya dengan pendekatan administratif atau teknokratis. Perlu ada pendekatan kultural, spiritual, dan intelektual untuk membangun solidaritas sosial, menumbuhkan literasi keuangan, etika bisnis, serta akuntabilitas di kalangan penggerak koperasi.


“Tanpa jiwa perjuangan, koperasi hanya papan nama. Tapi dengan ruh dan nilai, koperasi bisa menjadi alat revolusi ekonomi rakyat. Itulah cita-cita Bung Hatta. Itulah nilai ekonomi Islam yang menyejahterakan,” tandasnya.


Mengakhiri pernyataannya, Ning Lia mengajak seluruh elemen bangsa menjadikan Hari Koperasi Nasional sebagai momentum membangkitkan koperasi rakyat yang mandiri, bermartabat, dan berpihak pada wong cilik.


“Mari kita hidupkan kembali Koperasi Merah Putih. Dijiwai semangat Hatta, dimatangkan etika Islam, dan digerakkan oleh rakyat yang berdaulat. Bukan hanya dengan wacana, tapi dengan karya nyata,” pungkasnya. (Had) 

Bagikan:

Komentar