|
Menu Close Menu

Dari Poster Menuju Kluster

Minggu, 10 Agustus 2025 | 14.33 WIB

 

Masmuni Mahatma.(Dok/Istimewa).

Oleh Masmuni Mahatma*


Lensajatim.id, Opini- Ada hal menarik tergolong inspiratif kala melakukan roadshow ringan ke Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Rabu (06/08/25). Pertama, potensi Sumber Daya Manusia (SDM), baik dari kalangan dosen, tenaga pendidik dan staf, dimana semua terlihat memiliki skill, kecapakan akademik-praktis yang seyogianya dimaksimalkan akan ruang dan perannya. Sebagian ada yang mempunyai sertifikat pengembang website, hal yang menjadi bagian dari “gelang hidup” dunia pendidikan belakangan ini. Tanpa website, tampilan dan keberlangsungan institusi pendidikan, terutama kampus-kampus yang telah mengambil “jalur BLU,” sepertinya kurang menggairahkan. Sebab website bukan sekadar mengontruksi public information, khususnya soal kependidikan, melainkan telah ikut mewarnai dan mengubah performance dari misi, visi, orientasi, dan “ambisi institusi.” 


Melalui konstruksi dan dinamika website dengan kapasitas dan interaksionalitasnya, teramat banyak potensi, kreasi, inovasi, dan kehendak sosial kependidikan (kampus) yang perlahan terkelola rapi dan bertumbuh efektif-efisien. Website tidak hanya ikut “memasarkan” keterbukaan informasi dan orientasi atau bahkan bisnis institusi secara lokal, regional, dan internasional lengkap dengan piranti industrialisasinya. Disadari atau tidak, belakangan website pun merupakan salah satu kunci bagaimana institusi berkolaborasi, bereksplorasi, berakselerasi hingga memantapkan posisi kompetitif di hadapan pergulatan global education. Singkatnya, website telah menjadi bagian dari detak jantung, tarikan napas dan langkah sosial dunia-kependidikan yang tidak bisa dipandang dan ditempatkan setengah hati. 


Kedua, potensi orisinil dari kalangan mahasiswa yang dididik di lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Imam Bonjol. Wabilkhusus, mereka yang telah melaksanakan riset atau penelitian atau skripsi untuk uji kelayakan sebagai generasi Sarjana Strata 1 (S1). Hampir semuanya meriset atau meneliti hal-hal yang sedang dan telah menjadi bagian denyut nadi tatanan sosial akademik, kepegawaian, dan kependidikan di UIN Imam Bonjol. Bahkan, yang paling mengesankan, dan ini tampak sangat inspiratif, dimana hasil-hasil riset mahasiswa itu dijadikan poster dan ditempel di jajaran dinding-dinding Fakultas Sains dan Teknologi dengan rapi. Ini merupakan sentuhan atau otokritik-konstruktif obyektif yang lahir dari generasi empatik-inspiratif. Generasi kaya ide, gagasan, konsep, dan siap menjemput masa depan. Potret generasi unggul dan siap dibanggakan untuk kebajikan kelembagaan. 


Realitas Akademik

Terlepas dari keterbatasan, kelemahan, dan kekurangan yang mengiringi, diakui atau tidak, dua hal simple di atas merupakan salah satu realitas akademik cukup ikonik dan prospektif. Pantas ditindaklanjuti dan dimaksimalkan nilai-nilai maupun spirit positif-edukatifnya. Sebagai realitas akademik, tentu tidak akan lepas dari pro-kontra atau perspektif lain yang bisa saja sealur atau kontradiktif sekalipun. Ia kelak pasti berjumpa dengan dinamika sosial akademik tersendiri. Namun demikian, realitas ini mesti disikapi berbasis orientasi paradigmatik dan perilaku simpati serta kejujuran obyektif dalam konstalasi akademik pula. Bukan malah dibiarkan berada dalam alur yang kurang produktif. Sebab akan menjadi salah kafrah kalau ada yang masih latah ikutan tuna-kepekaan atau bahkan sama sekali tidak menaruh respek sedikit pun. Dus, apapun kondisinya, ini adalah benih potensial dan terobosan inovatif demi mengibarkan masa depan (ke)lembaga(an) yang kita cintai bersama.  


Sekali lagi, realitas ini memang sangat inspiratif dari aspek akademik sekaligus dalam konteks transformasi budaya otokritik-konstruktif kelembagaan. Terlebih untuk mendapatkan dan memilki langsung sederet Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga-tenaga potensial dan professional seperti Dekan, Wakil Dekan, Kaprodi, Sekprodi, serta Tendik bukan hal yang mudah. Senantiasa membutuhkan bekal kejelian, kecermatan, ketelitian-selektif, dan ikhtiari yang berliku. Artinya, realitas akademik dari sisi SDM sebagaimana dimaksud merupakan hal yang cukup prospektif demi kebangkitan kelembagaan dan masa depan kemahasiswaan. Akan merugi jika tidak segera menyadari dan memaksimalkan makna-substansial realitas ini. 


Dalam perspektif yang lebih jauh, realitas ini sejatinya merupakan hardware sekaligus software UIN Imam Bonjol Padang dalam rangka terus mematangkan diri menghadapi pelbagai tantangan dan medan kompetitif di era yang serba lompatan tak terduga-duga. Realitas akademik ini memang cukupvisible dan serupa academical hope yang patut dijadikan kesadaran kolektif oleh dan untuk civitas akademika UIN Imam Bonjol tanpa terkecuali. Inilah benih kecakapan akademik yang mesti diatensi dan diedukasi serta diamplifikasi secara terbuka, tulus, tapi massif. Ini juga modal dan model paradigmatik-konstruktif progresif demi melanggengkan eksistensi institusi dan memupuk harapan-harapan visible yang akuntable. Menyia-siakan realitas ini, cerita di kemudian hari akan penuh dengan “ketercengangan” atau “keheranan.” Tentu tidak akan maslahat terhadap ekspektasi kelembagaan. 


 Memaknai realitas akademik semacam ini, dibutuhkan kesiapan mentalitas intelektualitas yang arif dan bijaksana. Bukan kesadaran keilmuan yang egoistik dan manipulatif apalagi eksploitatif. Eksklusifitas kebijakan dan sentiment monologis hanya akan menambah daftar kebekuan komunikatif yang disisipi kecurigaan atau kecemburuan. Dan ini akan sedikit menghambat laju pertumbuhan kelembagaan atau bahkan akan mendistorsi berbagai “gizi-gizi” akademik yang akhir-akhir ini terus dihidangkan di ruang-ruang seremonial. Maka yang akan lahir bukan semangat dan kerja-kerja kolektif yang menggairahkan serta menyehatkan, melainkan bisa jadi tak ubahnya “deretan grundelan” yang tidak menemukan arah perjumpaan dan kehangatan dalam penyelesaian. Ini riskan dari dan untuk masa depan kelembagaan. 


Anugerah Akademik


Poster-poster hasil riset para mahasiswa terbaik itu, sejatinya merupakan anugerah akademik yang patut, pantas, dan wajib disyukuri. Kurang elok sekiranya hanya berhenti ditempel di dinding-dinding fakultas. Seakan hanya menghindarkan diri dari tuntutan formalitas. Padahal itu adalah amanah. Anugerah akademik. Bahkan mungkin “sketsa otokritik” yang hendak mengoreksi dan ikut melatih kepekaan moralitas intelektual dan tanggungjawab spiritual keilmuan di lingkungan kampus. Di sini yang mesti dikedepankan ialah prasangka baik (positive thinking, khusnu al-dhaniyah), bukan yang lain. Minimal ketika menempatkan sinyal simpati, empati, dan sikap-sikap obyektif mengapresiasi potensi serta karya-karya besar mahasiswa, akan bernilai “ibadah” dan mendapatkan “pahala” akademik.


Betapa tidak akan mendapat pahala dan bernilai ibadah, sebab riset-riset yang dilakukan mahasiswa dan dijadikan poster ini mengarah pada bagaimana mereka hendak mengingatkan dan menguatkan kita untuk terus berbenah. Ini sangat positif, paradigmatik dan konstruktif. Mereka tidak ahistorik, melainkan menyuguhkan menu prospektif demi membekali dan melengkapi beberapa sisi yang akan menjadi bagian kekuatan kelembagaan UIN Imam Bonjol. Sungguh menarik, unik, dan ikonik. Ini yang dari awal dikategorikan inspiratif. Seyogianya diintegrasi dengan misi, visi, dan kerja-kerja akademik tanpa “mencampurkan” tendensi atau sentiment lain yang kurang produktif. Bahwa mereka masih mahasiswa, tak dimungkiri. Namun bukankah Nabi Muhammad Saw mengajarkan “khudzi al-hikmah wa laa yadhurruka min ayyi syaiin kharojat,” ambil hikmah dari mana ia keluar. Tak perlu mempersoalkan dari mana hikmah itu keluar. Sepanjang menunjang kemaslahatan, tidak dosa mengambilnya.  


Muhammad Iskandar, misalnya, melakukan riset Rancang Bangun Sistem Informasi Survei Kepuasan Layanan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Imam Bonjol Padang Berbasis Website. Triswandi Susrianto meriset Penerapan Metode Weighted Product (WP) pada Sistem Pendukung Keputusan dalam Merekomendasikan Calon Penerima Beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP). Sevisi Triswandi, Ulfa Maria Aini juga meriset Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah Menggunakan Metode TOPSIS. Bahkan Putri Hanifah, tampak lebih kreatif dan berani. Ia meriset Pengembangan Sistem Presensi Pegawai UIN Imam Bonjol Padang Berbasis Progressive WEB APP (PWA) Menggunakan Laravel. Rifka Aulia Wildanila, seakan optimis mengiringi kegelisahan sebagian civitas akademik. Ia meriset Rancang Bangun Aplikasi Dashboard Viisualisasi Data Akademik Kemahasiswaan UIN Imam Bonjol Padang Berbasis Website. 


Dari poster-poster hasil riset yang membanggakan itu, sebetulnya perlahan kita sedang menata institusi ini menuju kluster berperadaban mencerahkan. Ya kluster institusi yang tidak alergi atas otokritik-akademik meskipun dimulai dari sederet mahasiswa yang hendak mendapatkan “nilai akhir” perkuliahan, yakni meraih gelar sarjana strata 1 (S1). Ini lumrah dan biasa saja dalam dunia akademik. Akan tetapi lepas dari perspektif itu, poster-poster hasil riset ini sungguh anugerah yang harus diserap dan dioptimalisasi spirit serta orientasi akademiknya berbasis kejujuran sekaligus keterbukaan mata lahir maupun batin atasnama akuntabilitas-moralitas akademik. Melalui sikap ini, apresiasi produktif-konstruktif merupakan hal prioritas. Berpijak dari alur dan jalur seperti ini jua, kelembagaan dan kebudayaan sosial keilmuan akan kian berkualitas dan berintegritas. Bismillah, dari poster menuju kluster. ***



*Masmuni Mahatma, 

Ketua Tanfidziyah PWNU Kep. Babel dan Kabiro AAKK UIN Imam Bonjol Padang.

Bagikan:

Komentar