|
Menu Close Menu

Fira, Mahasiswa Termuda ITS 2025 Ternyata Santri Amanatul Ummah, Ning Lia Puji Kesuksesan Pendidikan Pesantren

Senin, 04 Agustus 2025 | 23.49 WIB

Ning Lia, Anggota DPD RI dan Fira Mahasiswa Termuda ITS 2025.(Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Surabaya — Prestasi membanggakan kembali hadir dari dunia pendidikan Jawa Timur. Safhira Najma, atau yang akrab disapa Fira, resmi tercatat sebagai mahasiswa baru termuda di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya untuk tahun akademik 2025. Gadis kelahiran 21 Oktober 2009 ini kini berusia 15 tahun 9 bulan, namun telah mampu menembus persaingan ketat dan menjadi mahasiswi di Program Studi S1 Sains Aktuaria.


Fira berasal dari Bangkalan, Madura, dan merupakan lulusan dari Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Unggulan Amanatul Ummah Surabaya, lembaga pendidikan berbasis pesantren yang diasuh oleh KH. Asep Saifuddin Chalim. Di saat banyak remaja seusianya masih menjalani pendidikan SMA, Fira telah menyelesaikannya lebih cepat melalui jalur akselerasi.


Kiprah luar biasa Fira mendapat apresiasi dari berbagai pihak, salah satunya dari Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama. Senator yang akrab disapa Ning Lia ini menilai, capaian Fira adalah prestasi yang tak hanya membanggakan lembaga pendidikannya, tetapi juga mengangkat nama Jawa Timur di kancah nasional.


“Menjadi mahasiswa di usia sangat muda adalah bukti dedikasi luar biasa. Selain Siti Ma’rifatul Khoir yang termuda pada 2023, kini kita kembali menyaksikan seorang mahasiswi luar biasa dari Madura. Ini adalah kebanggaan bagi pesantren Amanatul Ummah dan juga masyarakat Jawa Timur,” ujar Ning Lia, Senin (24/08/2025).


Lebih lanjut, keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa itu menekankan bahwa kedewasaan Fira dalam menjaga konsistensi belajar dan mencapai target di usia muda adalah kualitas langka yang patut diteladani.


 “Tidak semua orang bisa menjaga fokus dan konsistensi sejak usia belia. Fira adalah salah satu yang mampu membuktikan itu. Semoga prestasi ini menjadi inspirasi bagi anak-anak muda lainnya agar terus berkarya demi mewujudkan Indonesia Emas,” tambahnya.


Dalam pandangannya, Ning Lia juga menyampaikan bahwa capaian Fira merupakan refleksi nyata bahwa pendidikan pesantren tidak bisa dipandang sebelah mata. Menurutnya, pesantren telah membuktikan kemampuannya dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan moral.


“Pesantren adalah sistem pendidikan yang utuh dan komprehensif. Di sana anak-anak dibentuk dengan nilai moral agama yang kuat sekaligus penguasaan ilmu umum. Maka sudah saatnya pesantren mendapatkan atensi lebih dari pemerintah dan masyarakat, sebagai salah satu pilihan pendidikan terbaik bagi generasi masa depan,” pungkas Ning Lia, yang juga dikenal sebagai Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif versi Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN).


Fira kini melangkah ke jenjang pendidikan tinggi dengan semangat besar. Usia muda bukan halangan, tapi justru menjadi pijakan untuk mencatat lebih banyak prestasi ke depan. Dan bagi banyak orang, perjalanan Fira bukan sekadar kabar baik—melainkan cermin harapan bahwa generasi emas Indonesia benar-benar sedang disiapkan. (Had) 

Bagikan:

Komentar