|
Menu Close Menu

Gula Petani Tak Laku, HKTI Lumajang Ancam Protes Besar-Besaran

Sabtu, 09 Agustus 2025 | 08.51 WIB

Jamal (tengah),  Ketua HKTI  Kabupaten Lumajang.(Dok/Istimewa).

Lensajatim.id, Lumajang – Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Lumajang, Jamal, melontarkan ultimatum keras kepada pemerintah terkait nasib gula petani yang menumpuk di gudang. Ia mendesak pemerintah segera membeli gula tersebut, atau bersiap menghadapi aksi protes besar-besaran yang akan mengguncang Lumajang.


Menurut Jamal, HKTI bersama Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) dan sejumlah organisasi tani lain siap turun ke jalan, bahkan mengancam akan membuang gula hasil panen ke sepanjang Sungai Bondoyudo jika tidak ada langkah konkret dalam waktu dekat.


“Pemerintah harus serius dan bergerak cepat demi kesejahteraan petani tebu. Kalau tidak, mimpi swasembada gula hanya akan jadi wacana,” tegas Jamal dengan nada geram, Jumat (8/8/2025).


Data HKTI mencatat, hingga Jumat (8/8/2025) stok gula di gudang Pabrik Gula (PG) di Jawa Timur mencapai 268.340 ton, dengan 62.542 ton di antaranya merupakan milik petani. Masalah semakin pelik karena lelang gula terakhir pada 5 Agustus 2025 dengan harga Rp14.500 per kilogram gagal total—tak ada satu pun pembeli yang mengajukan penawaran.


Padahal, harga tersebut masih lebih rendah dibandingkan harga gula di luar Jawa yang berkisar Rp14.600–Rp14.700 per kilogram. Kondisi ini membuat petani berada di ujung tanduk.


“Petani sudah susah payah panen, tapi hasilnya menumpuk tanpa pembeli. Kalau dibiarkan, kami bisa bangkrut massal,” tegas Jamal.


Ia memastikan, jika dalam waktu dekat pemerintah tidak memberi solusi, HKTI Lumajang akan memimpin gelombang aksi yang tak hanya memenuhi jalanan, tetapi juga mengubah Sungai Bondoyudo menjadi ‘aliran gula’ sebagai simbol kekecewaan petani. (Had) 


Bagikan:

Komentar