|
Menu Close Menu

Seru dan Penuh Tawa, Senator Jatim Ning Lia Istifhama Rasan-Rasan Bareng Pak Ribut, Guru Viral yang Menginspirasi

Selasa, 14 Oktober 2025 | 08.35 WIB

 

Ning Lia, Anggota DPD RI asal Jatim saat bersama Guru Viral, Pak Ribut dalam acara HUT ke-80 Pemprov Jawa Timur.(Dok/Istimewa).
Lensajatim.id, Surabaya— Momen peringatan Hari Jadi ke-79 Provinsi Jawa Timur di Gedung Grahadi, Surabaya, berlangsung dengan suasana berbeda. Di tengah kemeriahan acara, Senator asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, terlihat berbincang santai dengan Pak Ribut, guru viral yang dikenal dengan gaya mengajarnya yang jenaka dan penuh semangat.


Pertemuan dua sosok inspiratif ini berlangsung akrab dan penuh tawa. Ning Lia, sapaan akrab keponakan Gubernur Jawa Timur tersebut, tampak antusias mendengar kisah perjuangan Pak Ribut dalam dunia pendidikan.


 “Saya pengagum banget sama jenengan, Pak Ribut. Bagaimana seorang guru bisa menularkan semangat dan ketulusan lewat cara yang sederhana tapi mengena. Ini yang menginspirasi banyak orang,” ujar Ning Lia dengan senyum hangat.


Dalam suasana yang cair, keduanya berbagi pandangan tentang pentingnya peran guru dalam membentuk karakter generasi muda. Ning Lia menekankan bahwa momentum Hari Jadi Jawa Timur menjadi pengingat pentingnya kolaborasi antara guru, orang tua, dan pemerintah dalam mendukung pendidikan yang berkarakter.


 “Zaman sekarang, kita harus jadi orang tua sekaligus sahabat bagi anak-anak. Semangat belajar itu sangat bergantung pada pendekatan gurunya. Kalau seperti Pak Ribut, anak-anak pasti nyaman dan hormat karena beliau mengajar dari hati,” tutur Ning Lia yang selama ini dikenal aktif memperjuangkan isu pendidikan dan kesehatan di Senayan.


Sesi obrolan semakin meriah ketika Pak Ribut, dengan gaya khasnya yang humoris, menimpali dengan canda spontan.


“Cantik dan manis banget, sih, Ning?” ujar Pak Ribut, yang disambut tawa oleh semua yang hadir.


Suasana semakin hangat ketika Ning Lia membalas dengan seloroh yang membuat suasana makin cair.


“Kalau ketemu Pak Ribut itu pasti ribut, tapi selalu viral!” katanya sambil tertawa.


Namun di balik gelak tawa, perbincangan mereka juga menyentuh isu serius: menurunnya minat generasi muda untuk menjadi guru. Ning Lia menegaskan bahwa profesi pendidik memang tidak mudah, tetapi memiliki nilai pengabdian yang sangat tinggi.


“Saya dulu pertama ngajar digaji Rp 25 ribu sampai sekarang Rp 250 ribu. Tapi kalau dijalani dengan cinta, hasilnya akan bermanfaat bagi banyak orang,” ungkapnya.


Sementara itu, Pak Ribut menyampaikan pandangannya tentang pentingnya guru memahami psikologi siswa dan membangun kedekatan emosional.


“Semuanya tergantung gurunya. Kalau gurunya bisa menghargai dan mencintai muridnya, mereka pun akan menghormati gurunya. Guru itu orang tua kedua setelah orang tua di rumah,” katanya.


Menurutnya, suasana belajar yang nyaman menjadi kunci utama dalam proses pendidikan.


“Anak harus nyaman dulu dengan gurunya. Kalau tidak ada kenyamanan, sulit mendidik mereka. Mengajar itu bukan sekadar menyampaikan pelajaran, tapi soal pendekatan hati,” tambahnya.


Pertemuan santai antara Ning Lia Istifhama dan Pak Ribut di Gedung Grahadi bukan sekadar momen tawa, melainkan refleksi hangat tentang pentingnya ketulusan, cinta, dan empati dalam dunia pendidikan.


Dua sosok ini seolah mengingatkan, bahwa guru bukan hanya pengajar, melainkan penyemai semangat dan penjaga nurani bangsa. (Had) 

Bagikan:

Komentar