![]() |
| Mohammad Saifuddin, Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya saat ikut orasi dalam aksi para santri di Surabaya.(Dok/Istimewa). |
Dalam aksi tersebut, Mohammad Saifuddin, anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya yang juga pengurus PW GP Ansor Jawa Timur, tampil di tengah massa dan memimpin pembacaan “Sumpah Santri Indonesia” sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan penghinaan terhadap dunia pesantren.
“Kami Santri Indonesia bersumpah! Bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan! Bangsa yang gandrung akan keadilan! Bahasa kebenaran, bahasa anti penindasan! Hidup santri! Hidup rakyat!” seru Saifuddin dengan suara lantang, disambut pekikan takbir dan tepuk tangan ratusan peserta aksi yang memadati jalan.
Seruan “Lawan!” menggema berulang kali di sepanjang jalur demonstrasi. Sorak-sorai dan teriakan takbir mengguncang suasana, menjadikan aksi tersebut bukan sekadar unjuk rasa spontan, melainkan simbol kemarahan kolektif komunitas pesantren terhadap media nasional yang dianggap gegabah dalam memberitakan hal-hal sensitif menyangkut nilai dan kehormatan pesantren.
“Kami tidak akan berhenti sampai ada pertanggungjawaban yang nyata! Ini soal martabat, ini soal sejarah, ini soal masa depan Indonesia!” tegas Saifuddin di hadapan para demonstran, disambut gemuruh dukungan massa.
Aksi yang berlangsung damai itu mendapatkan pengawalan ketat dari aparat kepolisian. Sepanjang kegiatan, peserta aksi tetap menjaga ketertiban sembari menyerukan agar pihak Trans7 segera meminta maaf secara terbuka dan melakukan evaluasi mendalam atas tayangan yang menyinggung kalangan pesantren.
Pesan yang menggema dari aksi ini jelas: pesantren bukan objek sensasi media, melainkan pilar moral dan peradaban bangsa. Komunitas santri menuntut penghormatan yang sepadan terhadap peran pesantren sebagai benteng keilmuan, akhlak, dan kebangsaan.
Dengan penuh semangat solidaritas, aksi tersebut berakhir dengan doa bersama dan pembacaan shalawat, menandai tekad para santri untuk terus menjaga marwah pesantren serta melawan segala bentuk ketidakadilan dan pelecehan terhadap nilai-nilai luhur keislaman. (had)


Komentar