![]() |
| Ning Lia Istifhama (Pakai Kerudung), Anggota DPD RI asal Jawa Timur dalam sebuah kesempatan.(Dok/Istimewa). |
Program ini menjadi bukti nyata bahwa rumah sakit pemerintah mampu menghadirkan pelayanan inovatif yang berorientasi pada kemanusiaan dan keadilan sosial.
Langkah progresif ini mendapat apresiasi tinggi dari Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama, atau yang akrab disapa Ning Lia. Menurutnya, layanan OM@H merupakan bentuk nyata keberpihakan terhadap masyarakat yang selama ini kesulitan mengakses layanan kesehatan.
“OM@H Mobile Soetomo ini luar biasa, menjadi jawaban bagi masyarakat yang sulit menjangkau rumah sakit. Rumah sakit tidak lagi menunggu pasien datang, tapi justru menjemput dan memberikan perawatan langsung di tempat mereka yang membutuhkan,” ujar Lia Istifhama, Minggu (2/11/2025).
Dengan armada mobil medis modern yang dilengkapi peralatan lengkap, obat-obatan, dan tenaga profesional, layanan OM@H menyasar pasien kronis, terminal, lansia, serta warga dengan keterbatasan mobilitas.
Tim medis tidak hanya memberikan pengobatan, tetapi juga melakukan pemeriksaan kesehatan, pemantauan kondisi pasien, dan edukasi kesehatan di lapangan.
Data RSUD Dr. Soetomo mencatat, sepanjang tahun 2024 terdapat lebih dari 42 ribu pasien kronis menjalani perawatan berulang. Jumlah pasien dengan keterbatasan mobilitas meningkat hampir 30 persen dalam dua tahun terakhir, menandakan kebutuhan layanan jemput bola semakin mendesak.
Ning Lia menegaskan agar program OM@H tidak hanya menyentuh kalangan menengah perkotaan, tetapi juga menjangkau masyarakat miskin ekstrem di wilayah penyangga seperti Sidoarjo, Mojokerto, dan Bangkalan.
“Masih banyak warga di Jawa Timur yang tidak mampu mengakses rumah sakit. Mereka termasuk kategori miskin ekstrem. Saya berharap RSUD Dr. Soetomo memperluas jangkauan layanan jemput pasien ini untuk mereka,” ujar putri KH. Maskur Hasyim tersebut.
Menurut Lia, OM@H mencerminkan wajah baru rumah sakit pemerintah yang tidak hanya berfungsi menyembuhkan, tetapi juga menghadirkan empati dan nilai kemanusiaan dalam setiap pelayanannya.
Program OM@H disebut sebagai model layanan publik adaptif yang mengedepankan pendekatan proaktif dan preventif. Tim medis tidak lagi menunggu pasien dalam kondisi parah, melainkan melakukan intervensi dini untuk mencegah komplikasi dan menekan biaya kesehatan.
“Mereka datang tidak hanya menjemput, tapi juga mengobati. Ini sesuatu yang langka dan sangat maju. RSUD Dr. Soetomo berhasil menghadirkan harapan baru bagi masyarakat miskin di sekitarnya,” tambah Ning Lia.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, turut menyampaikan apresiasi terhadap inovasi RSUD Dr. Soetomo. Ia menilai program OM@H menjadi bukti nyata bahwa rumah sakit pemerintah mampu bergerak cepat, inovatif, dan berpihak pada masyarakat kecil.
“RSUD Dr. Soetomo menunjukkan bahwa rumah sakit milik pemerintah juga bisa bergerak cepat dan adaptif. Layanan jemput pasien ini wujud nyata keberpihakan terhadap masyarakat miskin dan pasien kronis yang membutuhkan perhatian lebih,” kata Khofifah.
Khofifah juga menegaskan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur siap mendorong replikasi OM@H di seluruh rumah sakit daerah, agar setiap warga, dari perkotaan hingga pelosok desa, memiliki akses kesehatan yang setara.
“Kami ingin memastikan setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan layanan kesehatan bermutu. Inovasi seperti OM@H ini harus diperluas,” tegasnya.
Langkah RSUD Dr. Soetomo melalui OM@H bukan sekadar inovasi medis, melainkan simbol empati dan kemanusiaan di tengah birokrasi pelayanan publik.
Ketika banyak institusi masih terjebak pada rutinitas administratif, RSUD Dr. Soetomo memilih turun langsung ke masyarakat — menghadirkan harapan bagi mereka yang selama ini terpinggirkan.
“Tak lagi menunggu pasien, RSUD Dr. Soetomo kini menjemput harapan,” tutup Lia Istifhama. (Had)


Komentar