![]() |
| Achmad Al Ashbahani bersama pengurus GP Ansor Kota Surabaya dalam sebuah acara bersama Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi.(Dok/Ansor for FJN). |
Sebelumnya, Hening dikabarkan telah mengajukan pengunduran diri setelah melakukan kekhilafan yang sempat memicu polemik di ruang publik. Namun, secara mengejutkan, Wali Kota Eri Cahyadi menolak pengunduran diri tersebut dan memilih untuk memberikan pembinaan serta kesempatan kedua.
Ketua PC GP Ansor Kota Surabaya, Achnaf Al Ashbahani, menilai keputusan itu sebagai wujud nyata kepemimpinan yang humanis, bijak, dan penuh empati.
“Kami sangat mengapresiasi langkah Mas Eri. Beliau menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati tidak hanya menjadi penghukum, tetapi juga pembina yang merangkul dan memberi ruang bagi perbaikan,” ujar Achnaf, Senin (3/11/2025).
Menurut Achnaf, keputusan Wali Kota Eri menjadi contoh langka di tengah budaya digital yang sering kali mudah menghakimi. Ia menilai, tindakan ini sarat makna filosofis bahwa setiap kesalahan harus menjadi momentum pembelajaran, bukan hukuman permanen.
“Hening sudah menunjukkan tanggung jawab dengan berani mengakui kekhilafannya dan mengajukan mundur. Mas Eri melihat keberanian itu sebagai potensi kebaikan yang layak diarahkan, bukan disingkirkan. Ini bentuk kepemimpinan yang membangun karakter,” tegasnya.
Achnaf menambahkan, langkah Wali Kota Surabaya diharapkan menjadi inspirasi bagi seluruh pemimpin di berbagai level pemerintahan agar lebih mengedepankan pembinaan dibandingkan pemecatan dalam menyikapi kesalahan bawahan. (Had)
> “Kita perlu lebih banyak pemimpin seperti Mas Eri yang tidak hanya tegas, tapi juga punya hati,” tandasnya.
Melalui apresiasi ini, GP Ansor Kota Surabaya menegaskan komitmennya untuk terus mendukung program-program Pemerintah Kota yang berpihak pada nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan pengembangan generasi muda.


Komentar