![]() |
| Penampilan Sanggar Seni Karawitan "Difa Laras" dalam acara Rakerwil DPW Partai NasDem Jawa Timur di Surabaya.(Dok/Istimewa). |
Dentuman gamelan berpadu lembut dengan vokal penuh perasaan dari para seniman difabel. Lantunan gending khas Jawa Timur mengalun, menghadirkan keheningan sekaligus kekaguman dari seluruh peserta Rakerwil. Tak sekadar hiburan, penampilan ini menjadi simbol nyata dari semangat inklusivitas dan kemanusiaan yang diusung Partai NasDem.
Sanggar Difa Laras beranggotakan para penyandang disabilitas yang menolak menyerah pada keterbatasan. Mereka menunjukkan bahwa seni adalah bahasa universal yang mampu menembus sekat fisik dan sosial.
“Mereka membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk berkarya dan menginspirasi. Justru dari mereka, kita belajar makna ketulusan, ketekunan, dan semangat inklusif,” ujar Lita Machfud Arifin seusai penampilan.
Menurut Lita, kehadiran Difa Laras di forum politik seperti Rakerwil menjadi pengingat penting bahwa politik sejati harus berpihak pada kemanusiaan, kebudayaan, dan keberagaman.
“NasDem selalu percaya bahwa pembangunan bangsa tidak hanya soal infrastruktur atau kekuasaan, tapi juga tentang memberdayakan manusia, termasuk mereka yang selama ini terpinggirkan,” tambahnya.
Sanggar Difa Laras sendiri telah lama menjadi wadah pembinaan bagi para penyandang disabilitas di Jawa Timur. Melalui dukungan BK3S dan berbagai program pemberdayaan, para anggotanya rutin tampil di acara kebudayaan, kegiatan sosial, hingga forum nasional.
Penampilan mereka di Rakerwil NasDem bukan sekadar hiburan, melainkan pesan moral bahwa keberagaman adalah kekuatan. Di tengah suasana politik yang serius, harmoni gamelan Difa Laras mengingatkan bahwa perjuangan politik tanpa nilai kemanusiaan akan kehilangan ruhnya.
“Seni mampu menyatukan, memberi ruang bagi semua orang untuk didengar dan dihargai. Difa Laras adalah contoh nyata bahwa inklusivitas bisa diwujudkan dalam tindakan, bukan sekadar slogan,” ujar salah satu peserta Rakerwil yang tampak terharu.
Tepuk tangan panjang mengiringi akhir penampilan Difa Laras, meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh peserta. Di tengah riuh pembahasan strategi dan konsolidasi partai, penampilan para seniman difabel ini menjadi pengingat bahwa politik yang beradab adalah politik yang menyentuh nurani manusia.
Dengan semangat itu, Partai NasDem Jatim melalui berbagai inisiatif sosial dan budaya terus berupaya membangun politik yang humanis, terbuka, dan berkeadilan bagi semua.
“Harmoni yang mereka ciptakan bukan hanya di panggung, tapi juga di hati kita semua,” tutup Lita Machfud Arifin penuh haru. (Had)


Komentar