|
Menu Close Menu

Sepakbola Pandemi, Jember - London

Selasa, 13 Juli 2021 | 08.03 WIB

Ilustrasi sepak bola (Dok/Istimewa)


Oleh: Moch Eksan


Opini- Di belahan dunia, saya menyaksikan peristiwa berbeda antara Jember dan London. Disini sedang menjalani Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, disana sedang menggelar kompetisi sepakbola Piala  Euro. 


Sebuah gambaran dunia terbalik, kendati sama-sama menghadapi pandemi Covid-19, di wilayah kekuasaan Bupati Hendy Siswanto dilarang keras berkerumun, sementara di wilayah kekuasaan Walikota Sodiq Khan justru diperbolehkan.


Pasti, banyak orang yang bilang, membandingkan Jember dan London taklah sebanding. Mereka tentu kompak mengatakan, keduanya tak apple to apple. Yang satu adalah kota kabupaten yang berdiri sejak 1929 M dan yang kedua adalah kota dunia yang berdiri sejak 121 M.


INFRASTRUKTUR KESEHATAN

Jangankan Jember dan London, kondisi infrastruktur kesehatan Indonesia dan Inggris jauh berbeda. World Health Organization (WHO) mencatat, Indonesia memiliki 4,27 dokter per 10.000 penduduk. Sedangkan, Inggris memiliki 26,12 dokter per 10.000 populasi. Namun, Indonesia dapat memenuhi tenaga perawat dari dalam negeri sendiri. Inggris justru pada 2017 merekrut 5.000 perawat dari India dan Filipina.


Kondisi paradoksal di atas semakin tak memuaskan dalam memberikan penjelasan atas kondisi pandemi antar dua negara. Apalagi, membandingkan data statistik kasus. Di Indonesia, terdapat 2.527.293 positif, 2.084.724 sembuh dan 66.464 meninggal. Di Inggris, ada 5.090.000 positif, 4.962.000 sembuh dan 128.000 meninggal. Angka-angka tersebut membuktikan kondisi penanganan Covid-19 di Tanah Air lebih baik daripada di Britania Raya.


Dalam menghadapi varian Delta yang berasal dari India, kedua negara menghadapi lonjakan kasus baru harian sangat tinggi. Angka kasus positif baru tembus di atas 30 ribu lebih. Persisnya, 35.094 kasus baru pada Sabtu, 10 Juli 2021 di Indonesia. Dan, 53.135 pada Selasa, 29 Desember 2020 di Inggris.


Memang, Public Health England (PHE) pernah mengungkapkan, bahwa pada 30 Maret 2021, tidak ada kasus positif baru alias nol korban Covid-19 di London. Sehingga, pemerintah sejak 12 April 2021 melonggarkan pergaulan sosial. Warga bebas keluar rumah dan dapat berkumpul dengan ketentuan maksimal 6 orang dari 2 Keluaga. Namun setelah itu, terjadi lonjakan lagi kasus baru, sampai tembus 32.548 kasus harian pada Rabu, 7 Juli 2021.


PENGALAMAN PM BORIS JOHNSON

Sesungguhnya, Indonesia dan Inggris sama-sama kawalahan melawan penyebaran varian Delta. Banyak rumah sakit yang overload. Sampai membuat tenda darurat untuk pasien positif. Untuk mengatasi lonjakan kasus positif, Presiden RI Joko Widodo menerapkan PPKM Darurat sampai tanggal 20 Juli 2021. Sementara, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengetatkan kan kembali lockdown sampai 19 Juli 2021.


Yang unik, otoritas wilayah Kabupaten Jember dan Kota London, tak sama dalam menyikapi kegiatan masyarakat. Termasuk dalam penyelenggaraan turnamen sepakbola. Disini Tournament Bupati Cup dan proses seleksi pemain Persid masih dihentikan sementara. Tapi disana, kompetisi sepakbola Piala Euro tetap jalan.


Johnson punya pandangan bahwa Inggris telah berhasil memutus mata rantai hubungan infeksi dengan kematian. Program hospitalisasi dan vaksinasi telah mencapai 42 juta vaksin pertama dan lebih separuh yang sudah vaksin kedua. Jumlah tersebut hampir mencapai 80 persen dari penduduk dewasa Inggris.


Kesimpulan PM keturunan Turki dari Kakek yang bernama Ali Kemal ini, berdasarkan pengalaman pribadi yang berhasil melawan virus mematikan tersebut. Pasalnya, politisi yang berasal dari Partai Konservatif berlatar belakang jurnalis ini, divonis positif Covid-19 pada Jumat, 27 Maret 2020. 


Johnson mengalami demam dan batuk fluktuatif selama 24 jam. Ia melakukan isolasi mandiri di rumah dinasnya, Downing Street 10 London sambil bekerja dari rumah. Kondisinya sempat memburuk, ia dilarikan ke rumah sakit, dan dirawat sampai kembali pulih.


Johnson baru dinyatakan negatif pada Minggu,12 Mei 2021, setelah melakukan isolasi mandiri dan rawat inap di rumah sakit selama 15 hari penuh. Setelah keluar dari RS St Thomas, ia beraktivitas seperti sediakala. Ia memimpin pertempuran melawan pandemi Covid-19 bersama seluruh rakyat Inggris yang berjumlah 56.286.961 jiwa.


Namun, pada Senin, 16 November 2020, lelaki kelahiran New York Amerika Serikat, 19 Juni 1964, kembali melakukan isolasi mandiri di rumah dinasnya setelah terdeteksi melakukan kontak dengan anggota parlemen Lee Anderson yang dinyatakan positif Covid-19 pada empat hari sebelumnya. Johnson melakukan isolasi mandiri selama 14 hari meskipun hasil tesnya dinyatakan negatif. Semua itu dimaksudkan untuk pencegahan, memastikan dirinya sehat dan menghindari dampak fatal.


Pandangan Johnson ini juga dikuatkan oleh pendapat para ilmuwan. Bahwa Inggris telah memutus hubungan dengab infeksi dan penyakit serius serta kematian akibat Covid-19. Kendati telah terjadi lonjakan penularan varian Delta, posisinya setara sepertiga dari kematian pada gelombang varian Alfa, Beta, Gamma dan Lambda sebelumnnya.


JEMBER DAN LONDON

Bisa dipahami, London, menjadi salah satu tuan rumah pelaksanaan kompetisi sepakbola Piala Euro. Ada 8 kali pertandingan yang digelar di kota yang bernama asal Londonium ini. Yaitu: 3 kali babak penyisihan, 2 kali babak 16 besar, 2 kali babak semi final dan 1 kali babak final. Semua pertandingan itu diselenggarakan di Stadion Wembley London.


Walikota keturunan Pakistan, Khan mendukung London sebagai tuan rumah Piala Euro, sebab di Inggris selama 28 hari tak ada kasus kematian akibat infeksi Covid-19. Yaitu pada awal Mei sampai awal Juni 2021. Pada tahun sebelumnya, ia justru menentang penyelenggaraan Premier League. Alasannya negara sedang krisis. London belum benar-benar aman. Dalam sehari ratusan orang meninggal. Pandemi Covid-19 belum ada tanda mereda.


Pasca trend kasus menurun, angka kematian nol kasus, Khan yang juga penggemar Club Liverpool, tidak melarang pertandingan sepakbola Piala Euro dan penggunaan Stadion Wembley London. Apalagi Johnson, pemain dan penggemar sepokbola lainnya sudah sangat rindu even pertandingan yang merupakan ritual mereka. Piala Euro pun akhirnya digelar sejak 12 Juni sampai dengan 12 Juli 2021.


Puncak perhelatan akbar yang diikuti oleh 24 negara, pada babak final antara Italia vs Inggris dengan skor 3-2. Italia menang atas Inggris dalam adu pinalti. Pada laga akhir, kursi Stadion Wembley full. Para penonton yang bolamania nampak tak bermasker dan duduk di tribun tanpa jaga jarak. 


Polisi terlihat hanya mengamankan perjalanan pertandingan, dan tak nampak sibuk mengatur protokol kesehatan. Panitia acara juga larut dalam suasana pertandingan apik bola kelas dunia. Di dalam stadion yang berkapasitas 90 ribu bangku tak terdengar suara peringatan prokes dari master of ceremony (MC) acara.


Hal berbeda terjadi di Jember, tak ada turnamen maupun latihan di Stadion Notohadinegoro dan Jember Sport Garden (JSG). Bupati Hendy melakukan pengetatan terhadap kegiatan masyarakat. Ini merupakan konsekuensi-logis dari penerapan PPKM Darurat di Jawa Bali oleh pemerintahan Jokowi. Kegiatan perkantoran, pendidikan, keagamaan diputuskan dilakukan dari rumah saja.


Akses ke dalam kota ditutup pada jam 18.00 WIB. Lampu penerangan jalan umum (PJU) dimatikan. Toko, cafe, warung harus sudah tutup jam 20.00 WIB. Jember terasa seperti kota mati, dan wilayahnya laksana dalam penguasaan pemerintah darurat. Sungguh, penduduk disuguhi suasana mencekam. Apalagi semakin ditambahi dengan lonjakan kasus positif dan meninggal dunia yang meningkat tajam.


Pada Minggu, 11 Juli 2021, Jember memecah rekor harian positif Covid-19 tertinggi baru di Jawa Timur dengan jumlah 200 kasus. Kemudian disusul Kabupaten Malang 185 dan Kabupaten Ponorogo 165 kasus baru. Dan Indonesia memecah rekor kematian tertinggi di dunia dengan jumlah 1007. Selanjutnya diikuti Rusia 749 dan India 720 kasus kematian.


Kondisi di atas yang memaksa pemerintah untuk mempertimbangkan skenario perpanjangan PPKM Darurat 4-6 minggu mendatang. Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyatakan, perpanjangan ini untuk menurunkan  mobilitas masyarakat secara signifikan. Sehingga dapat mencegah mutasi varian Delta yang sangat cepat.


Jadi, kondisi Pandemi Covid-19, antara Jember dan London, sangat berbeda. Dengan demikian, bisa dipahami, bila cara penyikapan Bupati Jember dan Walikota London tak sama dalam menyupport industri sepakbola. Bagi penduduk Jember yang berjumlah 2,5  juta lebih, sepakbola merupakan kemewahan di tengah ancaman keselamatan jiwa. Sedangkan bagi penduduk London yang berjumlah 8,1 juta lebih, sepakbola merupakan kebutuhan di tengah kemerdekaan dari rasa takut akan kematian.


*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute.

Bagikan:

Komentar