|
Menu Close Menu

Politisi Gerindra Sebut Politik Identitas Tidak Layak Dipraktekkan di Indonesia

Minggu, 11 Desember 2022 | 23.19 WIB

Hadi Dediyansah, Anggota DPRD Jatim Dapil Surabaya dari Fraksi Gerindra. (Dok/Istimewa).


Lensajatim.id, Surabaya- Politik identitas dikhawatirkan menimbulkan polarisasi, hingga perpecahan bernuansa Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA). Penggunaaan politik identitas itu berpotensi digunakan dalam kompetisi pilkada mau pun pilpres.


Hadi Dediyansah, Anggota DPRD Jatim asal daerah pemilihan Surabaya menilai politik identitas, apalagi bernuansa agama tidak layak dipraktekkan di Indonesia. Karena tidak sesuai dengan Pancasila terutama sila ke-4, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.


"Dinamika politik Indonesia mengacu pada proses demokrasi Pancasila. Jadi tidak ada mengedepankan persoalan agama. Politik itu politik, tidak boleh dicampuradukan dengan agama," kata politikus yang akrab disapa Cak Dedi, usai sosialisasi wawasan kebangsaan di Surabaya, Ahad (11/12/2022).


Anggota Fraksi Gerindra ini menambahkan, politik Indonesia berbeda dengan politik negara lain. Sebab politik Indonesia masih menganut pada prinsip musyawarah mufakat.


Karena itu, Dedi melanjutkan di Indonesia tidak ada istilah partai pemenang mutlak atau partai penguasa. Semua saling bekerjasama dalam membangun pemerintahan.


"Demokrasi Indonesia itu Demokrasi Pancasila, berdasarkan musyawarah mufakat. Pemerintahan dijalankan oleh multi partai. Bukan demokrasi liberal, yang menang akan menguasai pemerintahan atau the winner take all," ujar Dedi.


Dalam sosialisasi wawasan kebangsaan dengan tema Membina Kerukunan Di Antara Sesama Umat Beragama dan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Cak Dedi mengajak masyarakat untuk hidup berdampingan dengan semangat toleransi.


Ia mengingatkan agar masyarakat mengamalkan sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Sehingga semua penganut bebas menjalankan agamanya masing-masing.


"Kalau semua masyarakat mengamalkan Pancasila, saya kira tak ada lagi orang yang melakukan bom bunuh diri. Pelaku mengatasnamakan agama, padahal perilakunya bertentangan dengan ajaran agama. Karena semua agama mengajarkan saling tolong menolong dalam kebaikan," pungkas Cak Dedi. (Red).

Bagikan:

Komentar